- Latar Belakang
Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak hanya mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya. ORAD termasuk salah satu kegiatan alam terbuka yang baru, dibandingkan dengan mendaki gunung ataupun olahraga-olahraga alam terbuka lainnya. Tidak banyak catatan yang dapat dibuka untuk mengetahui asal mula olah raga ini. Yang pasti olah raga ini dimulai di Amerika Serikat, setelah perang dunia II. Ketika beberapa orang enterpreneur menyusuri sungai Colorado dengan perahu jenis Pontoon sisa perang dunia. Kemudian perkembangannya menjadi pesat di tahun 60-an ketika teknologi rancangan dan bahan untuk membuat perahu seperti yang kita kenal sekarang ini mulai berkembang.
Dunia arung jeram di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang pesat pada saat ini. Banyak sekali bermunculan perkumpulan-perkumpulan arung jeram maupun dibentuknya divisi-divisi baru khusus arung jeram pada perkumpulan pencinta alam yang sudah ada. Demikian juga dengan tumbuhnya industri wisata Arung Jeram, yang memacu kegairahan berbagai kelompok masyarakat untuk ikut menikmati Arung Jeram. Berbagai golongan berlomba-lomba untuk melakukan arung jeram diberbagai sungai yang ada di Indonesia tanpa mengetahui karakter dari sungai-sungai tersebut dan bahaya apa saja yang ada di dalam melakukan arung jeram. Untuk itu, maka perlu dibuat suatu SOP (standar operasional) agar para pecinta arung jeram dapat berarung jeram dengan aman dan dapat meminimalkan kejadia-kejadian yang tidak diinginkan
- Tujuan
Tujuan dari pembuatan SOP ini yaitu agar para pecinta arung jeram dapat mengetahui karakteristik sungai yang dapat diarungi serta dapat mengetahui
peralatan apa saja yang digunakan selama pengarungan agar pengarungan dapat berjalan dengan lancar.
- Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam standar oprasional prosedure ini meliputi latar belakang pembuatan SOP, jenis jenis olahraga oarus deras (ORAD), jenis jenis sungai dan juga teknis dalam arung jeram serta bahaya yang mungkin timbul dalam pengarungan dan cara pencegahan serta pertolongan pertama pada korban tersebut.
- Penjelasan mengenai dayung
Olah raga Dayung adalah suatu olah raga terukur yg mana diperlukan skill dan stamina. Olah raga Dayung di Indonesia muncul diera 70-an tepatnya di Surabaya(Brantas River). pada awal 80-an mulai bertebaran club-club Dayung di sebagian besar indonesia. dan pada tahun 2000-an dayung indonesia cukup diperhitungkan di event2 Asia & Asia Tenggara, bahkan pernah menjadi penyumbang medali terbanyak.
Rafting atau Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang berjeram/riam, dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam pengarungan sungai berjeram / riam yaitu sarana / alat yang terdiri dari perahu karet, kayak, kano dan dayung. Tujuan berarung jeram bisa dilihat dari sisi olah raga, rekreasi dan ekspedisi.Jadi dengan demikian kita dapat definisikan bahwa olah raga Arung Jeram (White Water Rafting) merupakan olah raga mengarungi sungai berjeram, dengan menggunakan perahu karet, kayak, kano dan dayung dengan tujuan rekreasi atau ekspedisi.
Divisi Dayung di GITAPALA merupakan salah satu divisi yang bergerak dalam olahraga dayung terutama olahraga arus deras (ORAD). Dalam divisi dayung di GITAPALA merupakan tempat untuk mengenalkan dan mengembangkan bakat para anggotanya.
- Jenis – jenis sungai
Berkaitan dengan jenis sungai. Sungai yang ada di dunia, dapat dibedakan berdasarkan banyak hal. Diantaranya yaitu
- Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
- Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
- Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
- Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
- Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
- Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
- Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
- Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
- Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
- Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
- Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
- Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike batuan.
- Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
- Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arahkemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
- Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litolo mau pun struktur geologi.
- Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
- Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun ada struktur geologi (batuan) yang melintang.Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
- Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
- Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis , rektanguler , dan pinate :
- Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu: Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
- Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
- Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
- Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
- Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
- Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
- Karakteristik Sungai
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik sungai adalah :
- Debit Sungai (volume air)
Debit sungai adalah besarnya aliran air persatuan waktu, ukuran yang umumnya digunakan adalah satuan volume per detik (m3/det) atau cubic feet second (cfs). Besarnya volume air sungai tergantung pada daerah aliran sungai tersebut. Biasanya ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai.
Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika volume air berkisar antara 800 – 10.000 cfs (25-300 m3/det) . Sungai dengan volume 800 – 10.000 cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan rintangan relatif lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan volume diatas 40.000 cfs umumnya sulit dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan menabrak rintangan batu, cenderung berakibat menghancurkan.
Ukuran volume air dapat juga untuk mengetahui ukuran besar – kecilnya sungai, antara lain :
- Sungai kecil : (800-1000) cfs atau (25-5000) m3/det
- Sungai besar : (5000-10.000) cfs atau (125-250) m3/det
- Sungai besar sekali : volume air lebih dari 10.000 cfs
Untuk mengetahui volume air dapat melihat tinggi muka air (biasanya terletak di tempat dekat jembatan). Kemudian disesuaikan dengan lebar sungai atau meminta informasi pada Dinas Pengairan setempat. Dapat juga dihitung dengan rumus :
Q = V . A
Q = debit volume air (m3/det)
V = kecepatan arus (m/det)
A = luas penampang sungai (m3)
- Kemiringan Sungai (Gradient)
Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan dan kecepatan aliran sungai.
Tingkat kemiringan sungai yang dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kecepatan aliran, antara Lain :
- Sungai dengan kecuraman 0-4 m/Km, umumnya berarus tenang, tidak mempunyai daerah berbahaya seperti jeram
- Sungai dengan kecuraman 5-10 m/Km, umumnya berjeram dan cukup ideal sebagai medan ORAD
- Sungai dengan kecuraman 10-15 m/Km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih memungkinkan
- Sungai dengan kecuraman 15-20 m/Km umumnya sudah tidak memungkinkan untuk diarungi dengan perahu karet, tetapi masih memungkinkan untuk diarungi dengan kayak lincah
- Sungai dengan kecuraman diatas 20 m/km umumnya tidak mungkin diarungi karena mempunyai air terjun atau jeram ganas yang panjang dan sambung menyambung.
Kecuraman sungai di daerah hulu rata-rata lebih tinggi daripada di daerah hilir. Semakin ke hilir sungai akan semakin landai sebelum kemudian bermuara ke laut. Gradient sungai dapat dihitung dengan bantuan garis kontur yang memotong sungai pada peta topografi.
- Lebar Sungai
Lebar penampang sungai mempengaruhi kecepatan arus. Semakin lebar penampang sungai, kecepatan arus makin lambat, semakin sempit penampang sungai, kecepatan arus semakin cepat. Hal ini yang juga mempengaruhi laju perahu. Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai bisa berasal dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser). Ke mana air itu mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa juga ke sawah-sawah.