BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
GITAPALA sebagai Organisasi Pecinta Alam satu-satunya yang diakui di lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian dan juga sebagai Badan Semi Otonom (mempunyai sifat tidak terikat dengan BEM Fakultas Teknologi Pertanian) tentu saja memiliki komponen-komponen penting sebagai pelengkap sebuah Organisasi yang berdiri mandiri. Komponen-komponen tersebut diantaranya, adalah ; Anggota, Kepengurusan, AD ART; yang didalamnya terdapat proses perekrutan anggota maupun proses pendidikan anggota, dan juga terdapat Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) yang mengatur gerak dan langkah organisasi selama satu periode atau beberapa periode kepengurusan berlangsung.
Dalam hal ini sesuai dengan Musyawarah Besar GITAPALA XIX Tahun 2013, pengurus dan seluruh anggota GITAPALA yang hadir disitu sepakat untuk mengambil satu tema besar dalam 2 periode kepengurusan (kepengurusan tahun 2013/2014 dan kepengurusan 2014/2015), yaitu Ekspedisi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah jalannya kepengurusan dan supaya jelas kemana arah Organisasi GITAPALA ini akan berjalan dalam dua tahun.
Rincian dari tema besar tersebut adalah, satu tahun pertama (2013/2014) dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen yang berisi informasi terkait persiapan ekspedisi, seperti SOP kegiatan, Referensi tempat-tempat yang akan dijalankannya Ekspedisi, dan juga pola pembinaan anggota untuk menyongsong berlangsungnya Ekspedisi. Pada tahun kepengurusan kedua (2014/2015), ditetapkan untuk fokus pada pengembangan skill anggota dan pelengkapan materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah Ekspedisi. Sebenarnya dalam kegiatan panjat tebing ataupun divisi-divisi lain di GITAPALA yang telah dilaksanakan sudah ada SOP nya sendiri-sendiri, namun memang SOP ini harus terus dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan waktu dan relevansinya. Beberapa divisi malah ada yang belum mempunyai SOP yang tertulis secara jelas.
Sesuai dengan uraian diatas tersebut, maka pada akhir tahun pertama kepengurusan ini (2013/2014), kami selaku anggota GITAPALA yang tergabung dalam tim Panjtat Tebing menyusun Standar Operasional (SOP) Kegiatan Panjat Tebing, sesuai dengan kemampuan dan materi yang sudah kami pelajari dalam satu tahun belakangan ini, untuk kemudian dapat digunakan setahun kedepan ketika melakukan persiapan Ekspedisi panjat tebing. Untuk hal-hal yang dirasa belum ada dan belum lengkap dalam SOP Kegiatan Panjat Tebing ini akan kami revisi dan kami lengkapi kemudian, selambat-lambatnya sebelum berjalannya setengah periode kepengurusan kedua (2014/2015).
- Tujuan
Tujuan dari penyusunan Standar Operasional Kegiatan Panjat Tebing ini adalah :
- Sebagai acuan kepada setiap Anggota GITAPALA dalam melakukan segala kegiatan yang terkait dengan panjat tebing.
- Memenuhi persiapan Ekspedisi yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan (Periode kepengurusan 2014/2015).
- Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar Operasional (SOP) Kegiatan Panjat Tebing ini sebenarnya tidak hanya pemanjatan di tebing sungguhan, tetapi meliputi juga pemanjatan di Tebing buatan (wall ; boulder). Disamping itu ada pula etika pemanjatan, teknik pemanjatan, keselamatan dalam pemanjatan, peralatan panjat tebing, pola latihan, pencegahan kecelakaan, tindakan pertolongan pertama, dan juga opsi-opsi lain (pengembangan / improve) yang dapat dilakukan ketika terjadi suatu kondisi terntentu.
- Penjelasan singkat tentang divisi PANJAT
Pada awalnya panjat tebing merupakan salah satu bagian dari mountenering. Misalnya saja dilakukan oleh manusia jaman kuno dalam upaya bertahan hidup (survival) seperti untuk mencari telur pada sarang yang berada pada suatu celah tebing. Atau pada manusia modern panjat tebing diaplikasikan dalam pendakian gunung yang memiliki jalur bertebing, jadi pendaki harus memanjat tebing tersebut untuk dapat melanjutkan perjalanan. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, panjat tebing menjadi satu cabang sendiri sebagai kelengkapan suatu kegiatan kepecintaalaman.perkembangan di Indonesia sendiri dimulai sekitar tahun 1960 dengan dipelopori oleh Angkatan Darat, yaitu ketika memanjat tebing Citatah Bandung. Panjat tebing modern di Indonesia dimulai sekitar tahun 1977 dengan berdirinya sekolah panjat tebing amatir waktu itu (Skyger Amateur Rock Climbing). Di Yogyakarta sendiri mulai digemari mulai tahun 1980-an. Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin maraknya panjat tebing, maka dibuatlah tebing-tebing tiruan (wall climbing) yang saat ini bahkan sudah sering dilombakan.
Dewasa ini Panjat Tebing sudah menjadi suatu olahraga yang cukup digemari di kalangan pemuda, bahkan anak-anak di Indonesia. Sebagai salah satu olahraga, panjat tebing memiliki prinsip-prinsip tersendiri, misalnya saja pemanjat harus punya prosedur keamanannya sendiri ketika melakukan pemanjatan (hal ini terkait juga dengan peralatan panjat tebing), pengembangan kemampuan (skill) meliputi kelenturan dan kekuatan otot yang dapat dikembangkan dengan latihan rutin dan terstruktur, teknik-teknik pemanjatan, kecerdikan pemanjat dalam menyelesaikan rute pemanjatan, serta pengetahuan tentang kondisi tebing yang akan dipanjat, selain itu pemanjat harus memiliki mental yang baik, artinya bahwa mental yang baik disini meliputi sikap tidak mudah menyerah, semangat, dan siap menghadapi segala tantangan.
- Etika Panjat Tebing
- Untuk persiapan dan pemanjatan
- Dapatkan informasi yang up-to-date sebanyak mungkin mengenai tebing dan lokasi pemanjatan.
- Jika ada penutupan akses ke tebing panjat, jangan dilanggar.
- Gunakan jalan setapak yang sudah ada meskipun lebih jauh dan lebih lama untuk dicapai.
- Berkemahlah ditempat yang telah disediakan atau yang biasa digunakan.
- Buang air di WC, minimal harus 10 meter dari sumber air/ sungai.
- Usahakan jangan mengganggu komunitas hidup sekitar.
- Gunakan kapur magnesium seperlunya.
- Jangan rapel langsung melingkarkan tali kernmantel ke pohon melainkan gunakan sling webbing atau sejenis yang didikatkan ke pohon.
- Ikuti aturan, tradisi, etika yang berlaku di lingkungan sekitar dimana kamu memanjat. Hormati kuncen/ kepala desa, dan ramah tamahlah dengan penduduk sekitar.
- Tetaplah berpenampilan low profile.
- Hormati dan hargailah sesama pemanjat
- Untuk pembuatan jalur baru
- Jangan merubah permukaan tebing:
- Dilarang memahat bebatuan untuk alasan apapun
- Dilarang mengelem batu di muka tebing
- Tidak diperkenankan menggosok permukaan tebing secara agresif dan berlebihan
- Pemasangan proteksi permanen (bolts hanger) dilakukan apabila rute tsb tidak bisa dipanjat secara tradisional dengan menggunakan alat pengaman yang bisa dipasang-lepas.
- Klasifikasi Panjat Tebing
Klasifikasi dalam panjat tebing tidak mempunyai ketetapan maupun ketentuan yang pasti, hal ini disebabkan adanya perbedaan tradisi setiap daerah pemanjatan dan kelompok pemanjat tertentu, sehingga setiap daerah pemanjatan memiliki kultur sendiri-sendiri.
- Berdasarkan teknik memanjat, panjat tebing dibagi menjadi dua, yaitu:
- Free climbing, adalah pemajatan yang menggunakan peralatan hanya untuk menahan jatuh dan saat berhenti menambat. Pemasangan pengaman tidak digunakan untuk pegangan atau pijakan untuk menambah tinggi.
- Artificial cimbing, adalah pemanjatan yang menggunakan peralatan selain untuk menahan jatuh, juga digunakan untuk menambah ketinggian dengan cara dijadikan pegangan atau pijakan.
- Berdasarkan tujuan pemanjatan, panjat tebing dibagi menjadi 2, yaitu :
- Pemanjatan Sport, adalah pemanjatan yang dilakukan dengan tujuan olahraga dan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan pemanjat.
Pemanjatan sport dapat dibagi lagi menjadi :
- Bouldering, yaitu Tehnik pemanjatan yang dilakukan pada tebing-tebing pendek (tidak terlalu tinggi), biasanya pemanjat melakukan gerakan secara horisontal (kiri-kanan) dan vertikal (naik turun). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang. Untuk bouldering peralatan yang digunakan ditekan sedikit mungkin, jadi pemanjat hanya memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag. Adapun tujuan bouldering adalah untuk melatih kemampuan seorang pemanjat (melartih gerakan yang sulit, melatih endurance / ketahanan) dan sebagai pemanasan sebelum melakukan pemanjatan di dinding tinggi.
- Lead, pemanjatan lead menggunakan bantuan hanger dan runner untuk mengamankan pemanjat, biasanya hanger sudah terpasang pada tebing sehingga pemanjat hanya harus memasang runner pada hanger tersebut sebagai pengaman apabila jatuh, top pada jenis pemanjatan ini adalah top hanger.
- Speed, teknik pemanjatan ini biasanya dilakukan untuk tujuan kompetisi, yaitu dengan memanjat secepat mungkin, penilaian panjat tebing ini adalah waktu. Pengaman yang digunakan adalah Top Anchor.
- Pemanjatan dengan tujuan pembukaan jalur atau Ekspedisi :
Menurut tujuannya, pemanjatan ini dilakukan dengan cara artificial. Peralatan yang digunakan dalam jenis pemanjatan ini tidaklah sederhana, mengiingat resiko yang mungkin terjadi sangatlah besar, sehingga pemanjata dikonsdisikan seaman mungkin. Inti dari jenis pemanjatan ini adalah memasang hanger pada tebing dengan mempertimbangkan kekuatan tebing itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah tidak boleh merusak ataupun mengganggu lingkungan dan komunitas hidup yang sudah ada di tempat tersebut.
- Teknik-teknik pemanjatan
- Panjat Tebing
- Teknik pemanjatan
- Panjat Tebing
Pada teknik pemanjatan dikelompokkan sesuai bagian dengan tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :
- Face Climbing, yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan.
- Friction / Slab Climbing, adalah teknik yang mengandalkan gaya gesek sebagai gaya penumpu yang biasa dilakukan pada tebing tidak terlalu vertikal.
- Fissure Climbing, merupakan teknik yang memanfaatkan celah rekah batuan dengan mempergunakan anggota badan sebagai pasak .
- Taktik pemanjatan
Berdasarkan tingkat kesulitan, Trad Climbing/Adventure Climbing dibagi dalam 3 kategori :
- Crag Climbing
merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
- Single pitch climbing: dalam Pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.
- Multipitch climbing: Pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian Leader. Tiap Pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua(second man).
- Big Wall Climbing
merupakan jenis Pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari Crag Climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan tentang jadwal Pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur, dll.
Terdapat 2 sistem yang digunakan dalam Pemanjatan Big Wall yaitu:
- Alpine System / Alpine Push
Dalam alpine push, Pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk Pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pemanjatan ini baru dianggap berhasil apabila semua Pemanjat telah mencapai puncak.
- Himalayan System / Himalayan Tactic
Sistem pemanjatan yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran(puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan Big Wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu Pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel ditebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pemanjatan tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pemanjatan ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
- Panjat Dinding
- Teknik memegang poin :
- Crimp / Half Crimp
- Teknik memegang poin :
Teknik ini adalah cara memgang hand hold ( Point ) yang ekstrim, dengan 4 jari dan dibantu ibu jari diatasnya yang berfungsi sebagai pengunci, teknik ini dipakai pada saat arah hand hold ( Point ) normal (Menghadap keatas)
- Open
Teknik ini hampir sama dengan Crimp / Half Crimp diatas perbedaannya hanya pada ibu jari, pada teknik ini tidak memakai ibu jari sebagai pengunci, ini teknik adalah dasar dari teknik pegangan yang ada dan dapat dilakukan pada semua jenis hand hold ( Point ) selama hand hold ( Point ) yang terpasang normal (Menghadap keatas).
- Palm
Teknik ini adalah cara memegang hand hold ( Point ) dengan menggunakan telapak tangan bagian dalam ( dekat dengan ibu jari ) bukan pada jari sebagai tumpuannya, teknik ini dapat dilakukan dengan posisi lengan lurus dalam usaha menambah ketinggian
- Lying / Block
Teknik ini adalah memegang satu hand hold ( Point ) dengan kedua tangan kita atau dapat juga disebut 1 titik dua tumpuan.
- Two Finger
Teknik ini adalah cara memegang hand hold dengan dua jari saja, untuk memgang memakai dua jari sebaiknya menggunakan jari tengah dan jari manis karena akan menghasilkan cengkraman yang optimal.
- Teknik pijakan poin :
- Edging
Teknik ini adalah teknik dasar dalam pemanjatan untuk pijakan, pengertiannya teknik ini menggunakan ujung sepatu / ujung kaki dari mulai sisi luar, tangah, dan sisi dalam teknik ini mutlak berfungsi apabila pemanjat memakai sepatu.
- Smearing
Teknik ini adalah cara memijak hand hold di sepatu bagian tengah / telapak atas dibawah jari kaki, teknik ini dapat berfungsi dengan baik apabila kita menemukan tebing smearing kurang dari 90 derajat akan tetapi dapat juga digunakan apabila kita menemukan hold yang berjenis slap.
- Hooking
Teknik ini adalah cara memijak hold dengan menggunakan tumit pada teknik ini dapat dilakukan pada saat menemukan contur dinding roof / pada saat akan melewati roof. Satu kaki bertumpuan memakai tumit.
- Jenis – jenis tebing
Secara umum yang dinamakan tebing adalah suatu permukaan bumi yang tersusun oleh suatu jenis batuan yang memiliki kemiringan minimal 65°. Berdasarkan jenis batuan penyusun terdapat jenis batuan kapur (lime stone) yang berwarna putih kecoklat-coklatan, serta tebingt andesit yang tersusun oleh batuan yang berwarna hitam.
Berdasarkan besar sudut kemiringan terdapat beberapa jenis bagian tebing, yaitu :
- Slab, mempunyai kemiringan 65°-90°.
- Face, yaitu Permukaan tebing yang berbentuk datar.
- Vertikal, mempunyai kemiringan sekitar 90°.
- Overhang, mempunya kemiringan 90°-180°.
- Roof, mempunyai kemiringan 180°.
- Karakteristik TEBING
Tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang karakteristik tebing yang harus diketahui antara lain:
- Bentuk :
- Blank : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut vertical
- Overhang : Bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat
- Roof : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung
- Teras : Bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing
- Top : Bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan.
- Permukaan Tebing :
- Face
Adalah permukaan tebing yang mempunyai tonjolan. Beberapa model dari bentukan face :
- Jug/Bucket/Thank-God hold
- Crimper
- Edge
- Sloper
- Pinch
- Slap/Friction : Adalah permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan.
- Fissure : Permukaan tebing yang tidak mempunyai celah(crack).
- Macam-macam batuan :
Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
- Batuan Beku
- Batuan Sedimen
- Batuan Metamorf
BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PANJAT TEBING
- Pengetahuan pengaman alam (natural anchor)
Pengaman Alam ( natural anchor ) adalah pengaman yang disediakan oleh alam, macamnya :
- Tumbuhan
Bila tumbuhan tersebut kuat dan akarnya menghujam ke dalam dinding tebing dan dalam pemasangannya diupayakan harus dekat dengan pangkalnya dengan dijerat tali pita atau webbing.
- Batu sisip
Batu yang tersisip disela vertikal tebing.
- Batu tanduk.
Batu yang menonjol. Menyerupai poin di papan panjat dinding.
- Lubang tembus.
Lubang yang menembus tebing.
Berdasarkan tingkat keamanannya pengaman alam :
- Pengaman emas : Pengaman yang berfungsi sangat baik digunakan untuk
tambatan dan beban jatuh
- Pengaman perak : Pengaman yang berfungsi kurang baik, biasanya
bisa terlepas jika dipakai jatuh.
- Pengaman perunggu : Pengaman yang berfungsi jelek dan pasti terlepas
jika terkena beban jatuh
- Pengaman pengunci : Pengaman yang berfungsi sangat baik, tidak
terlepas jika ditarik ke segala arah dan pasti bersifat emas.
- Pengetahuan peralatan panjat tebing
No | Nama alat | Fungsi Alat |
1
Tali carmantel
Fungsi utama dalam pemanjatan adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Tali yang dipakai dalam panjat tebing terbuat dari nylon ( kern ) untuk menahan gerakan friksi juga sebagai penguatan digunakan pembungkus ( mantle ) sehingga tali ini bisa disebut ” kermnantle “. Yang biasa digunakan ketika dalam divisi panjat adalah Tali Kermantel Dinamik yang
Memiliki kelenturan bagus sehingga dapat berfungsi sebagai peredam kejut. Kelenturannya mencapai 5- 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Biasanya memakai warna yang mencolok seperti merah, hijau dan ungu.
2
Webbing (tali pita)
- Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness, atau
- Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk membawa peralatan.
- Dapat digunakan sebagai instalasi anchor utama
3
Carabinner
- Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
- Carabiner Snap (tidak berkunci )
- Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pemanjat yang terjatuh.
Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada sehingga jika pen yang ada pada carabinber sudah longgar sebaiknya jangan dipakai.
4
Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh,. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.
5
Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pemanjat terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan.
Helm yang baik digunakan adalah helm yang memiliki karakteristik ringan tapi keras.
6
Sepatu panjat
Sebagai pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yg tinggi sehingga dapat melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras).
7
Chalk bag
Tempat untuk menyimpan magnesium carbonat ( MgCO3 ) yang dipergunakan untuk menghilangkan keringat yang terdapat pada ujung jari.
8
Prussik
Merupakan jenis tali carmentel yg berdiameter 5-6 mm, biasanya digunakan sebagai penghubung anchor dengan runner/carabiner, juga dapat digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik dan cowstail.
9
Sling
Suatu tali yang dibentuk menjadi loop dengan cara menyambungkan kedua ujungnya. Berdasarkan jenis tali yang digunakan terdapat dua jenis sling yaitu :
- Sling Webbing
- Sling Prussik
10
Herolop
Mempunyai kegunaan hampir sama dengan sling dan biasanya dibuat oleh pabrik. Atau kalau tidak bisa menggunakan webbing. Fungsi dari heroloop biasanya digunakan untuk menggabungkan 2 carabiner menjadi satu unit yang disebut Runner.
11
Runner
Digunakan sebagai pengaman jalan, dibentuk dari 2 carabinner yang disatukan dengan sebuah herolop. Pemasangan carabiner sebaiknya berarah buka berlawanan, karena dimaksudkan untuk pembagian beban dan keamanan yang lebih.
12
Figure of 8
Terbuat dari bahan yang sama dengan Carabiner. Fungsinya sebagai pengaman pemanjatan yang digunakan oleh belayer. Dapat juga digunakan sebagai autostop ketika descender / turun dengan tali.
13
Etrier / Stirrup
Tangga untuk membantu menambah ketinggian tanpa menjejakkan kaki pada tebing. Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.
14
Grigri
Alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya
15
Piton (Paku tebing)
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer.sesuai dengan bentuknya piton terbagi menjadi 2 :
- Piton blade (pisau)
- Piton angel (memiliki sudut)
16
Hammer (Palu tebing)
Berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yg diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.
17
Chock
Chock adalah alat dalam pendakian tebing yang dimasukkan ke celah batu sehingga terjepit dan dapat menahan berat badan dari arah tertentu.
Chock mempunyai tiga bentuk :
- Hexa (berbentuk segi enam)
b.Stopper (berbentuk simetris)
c.Trieams (berbentuk paruh burung)
Disamping itu chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners).
18
Friend
Friend adalah pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran yang bisa menyesuaikan bentuk dengan celah tebing. Biasanya ukurannya lebih besar dari chok, memiliki katup pembuka
19
Sky hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
20
Hand Drill
Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
21
Bolt Hanger dan Resin Anchor
Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi/dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue)
22
Peding
Berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara alat dengan alat, atau alat dengan tebing / wall. Biasanya digunakan untuk pembuatan top anchor.
- Peralatan yang harus dibawa dalam melakukan pemanjatan
- Panjat Tebing
Peralatan yang harus dibawa ketika melakukan panjat tebing adalah seperti disebutkan dibawah ini, jumlah disesuaikan dengan rute pemanjatan, jumlah tim pemanjatan, dan karakteristik tebing :
- Tali carmantel
- Webbing (tali pita)
- Carabinner
- Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
- Carabiner Snap (tidak berkunci )
- Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
- Harness
- Helm
- Sepatu Panjat
- Chalk bag
- Prussik
- Sling
- Sling Webbing
- Sling Prussik
- Runner
- Belay Device :
- Figure of 8
- Carabiner automatic
- Grigri
- Etrier / Stirrup
- Piton (paku tebing)
- Piton blade (pisau)
- Piton Angel (memiliki sudut)
- Hammer (palu tebing)
- Chock
- Hexa (berbentuk segi enam)
- Stopper (berbentuk simetris)
- Trieams (berbentuk paruh burung)
- Friend
- Sky hook
- Pedding
Peralatan tambahan untuk pembuatan jalur :
- Hand Drill
- Bolt Hanger dan Resin Anchor
- Panjat Dinding
Peralatan yang dipakai ketika akan melaksanakan panjat dinding relativ lebih sedikit seperti berikut :
- Tali carmantel
- Webbing (tali pita)
- Carabinner
- Carabiner Screw ( menggunakan kunci pengaman )
- Carabiner Snap (tidak berkunci )
- Carabiner automatic, merupakan gabungan dari carabiner snap dan screw
- Harness
- Helm
- Sepatu Panjat
- Chalk bag
- Sling (webbing dan prusik )
- Runner
- Pedding
- Belay Device :
- Figure of 8
- Carabiner automatic
- Grigri
- Peralatan Tambahan
Dalam poin ini akan dijelaskan beberapa peralatan tambahan yang sebenarnya wajib digunakan ketika melaksanakan pemanjatan di tebing, hanya saja dibedakan dngan peralatan wajib yang digunakan untuk tebing itu sendiri.
Peralatan yang dibawa disesuikan dengan lama pemanjatan, jumlah tim pemanjatan, dan daerah tebing yang akan dipanjat. Peralatan tambahan, seperti berikut :
- Dome (Tenda)
Ketika panjat tebing dilaksanakan di daerah tebing yang jauh atau dekat dengan pemukiman warga atau basecamp panjat. Diusahakan membawa dome (tenda) dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah peserta yang ikut serta dalam tim pemanjatan.
Misalnya saja, bila tim berjumlah 3 orang (karena di Gitapala sendiri peserta kegiatan yang dianjurkan minimal 3 orang), dibutuhkan minimal 1 dome, begitu pun kelipatannya.
Lebih baik lagi apabila antara orang dan alat-alat dipisahkan domenya. 1 dome untuk anggota pemanjatan dan 1 dome lagi untuk peralatan.
- Carrier (tas besar)
Sebenarnya penggunaan carrier disini tidaklah wajib, akan tetapi lebih baik bila tim menggunakan carrier untuk membawa peralatan pribadinya ataupun peralatan kelompok. Karena dikhawatirkan ketika menggunakan daypack akan tidak maksimal peralatan yang dibawa. Isi dari tas carrier tersebut seperti di bawah ini :
- Sleeping Bag / hamook, disesuaikan penggunannya dengan kebutuhan. Ketika dirasa tidak dibutuhkan tidak perlu dibawa. Namun sangat dianjurkan untuk tetap membawa peralatan ini untuk berjaga-jaga apabila terjadi perubahan cuaca secara tiba-tiba.
- Pakaian, pakaian disini maksudnya adalah pakaian yang melekat di badan sebagai komponen penutup tubuh ataupun aksesoris tambahan dan pakaian ganti. Termasuk juga di dalamnya, sepatu, sandal, topi, kacamata, syal, jaket dsb. Walaupun kegiatan outdoor akan tetapi harus tetap menjaga kebersihan diri dan keindahan serta tetap mengikuti norma yang berlaku di tempat tersebut. Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
- Alat mandi, juga disesuaikan dengan kebutuhan pribadi setiap masing-masing individu. Alat mandi disini dapat ditambahkan pula tisu basah ataupun tisu kering di dalamnya.
- Kotak P3K, sangat dibutuhkan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan-kecelakaan ringan ataupun berat. Isinya dapat diisi obatan-obatan umum (dalam dan luar) serta dianjurkan ditambahkan obat-obat pribadi.
- Mantel atau payung, mantel sangat diperlukan terlebih ketika musim hujan. Bukan itu saja, mantel dapat difungsikan sebagai penutup alat-alat panjat dari panasnya sinar matahari dan bisa juga digunakan sebagai alas pengganti matras.
- Senter atau sumber penerangan, senter sebagai sumber penerangan satu-satunya selain api wajib dibawa saat melakukan perjalanan outdoor, baik jauh ataupun dekat, malam ataupun siang. Sebagai antisipasi tentunya. Dianjurkan untuk menggunakan senter dengan daya batere, bukan charger.
- Peralatan survival, tidak saja di gunung ataupun hutan, barang yang satu ini wajib dibawa. Karena alam yang tidak dapat diprediksi sedetik kemudian bagaimana kondisinya. Peralatan survival (survival kit) ini terdiri dari ; lampu cadangan, batere cadangan, senar pancing, silet / cutter, peniti, parafin, korek api 2 jenis, kail pancing, kertas, bolpoin (alat tulis), serta Tramontina (parang).
- Logistik (bahan makanan), terdiri dari beras, sayur mayur, lauk pauk, mie instan, bumbu-bumbuan, air minum, vitamin, suplemen makanan, yang disesuaikan jumlah tim pemanjatan dan lama waktu pemanjatan.
- Perlengkapan memasak :
Perlengkapan memasak sangat dibutuhkan, tidak saja hanya ketika di Gunung atau hutan, akan tetapi setiap perjalanan outdoor hendaknya selalu membawa peralatan ini untuk mengolah bahan makanan yang sudah dibawa.
Perlengkapan memasak disini, antara lain :
- Nesting
Nesting digunakan untuk memasak air atau memasak makanan, dapat juga digunakan sebagai pengganti piring ataupun mangkok.
- Kompor
Kompor yang digunakan dapat berbagai jenis, tergantung kebutuhan. Akan tetapi sangat dianjjurkan bagi tim untuk membawa tidak hanya satu jenis bahan bakar. Seperti misalnya kalau sudah membawa kompor berbahan bakar gas, harus menambahkan kompor berbahan bakar parafin atau spiritus di dalam checklist alatnya.
- Bahan bakar
Bahan bakar ada beberapa macam, diantaranya adalah gas, parafin, minyak tanah, briket, dan spiritus. Namun yang lazim kita gunakan adalah gas, , minyak tanah, parafin dan spiritus, atau bahkan kayu kering yang sudah tidak terpakai lagi. Bahan bakar sama seperti kompor, dianjurkan pada setiap kegiatan tim tidak hanya membawa satu jenis bahan bakar.
- Pisau, untuk memotong bahan makanan dan bumbu-bumbuan
- Sendok, garpu, piring, gelas, diusahakan menggunakan bahan plastik dan ringan supaya mudah di packing dan tidak membutuhkan ruang yang besar.
- Perlengkapan dokumentasi :
- Alat tulis,
Alat tulis digunakan untuk mencatat waktu pelaksanaan, informasi-informasi yang didapat di sekitar area pemanjatan, dan juga mencatat evaluasi serta briefing.
- Camera
Camera ini cukup penting sebenarnya untuk mengabadikan moment, dan juga tempat pemanjatan, sehingga bisa menjadi referensi bagi pemanjatan selanjutnya dan kelengkapan dokumentasi.
- Alat komunikasi
alat komunikasi disini bisa berbentuk macam-macam, bisa Handphone, pager, ataupun handie talki. Untuk daerah tebing yang susah sinyal provider kartu handphone sangat diannjurkan membawa handie talki sebagai alat komunikasi. Alat komunikasi ini wajib dibawa karena untuk berkomunikasi dengan tim basecamp atau kantor GITAPALA ketika terjadi suatu hal-hal tertentu, baik yang sudah direncanakan ataupun yang tidak direncanakan.
- Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan panjat tebing sebagai kegiatan outdoor memerlukan safety yang baik dan persiapan yang baik pula demi keberhasilan kegiatan tersebut. Diperlukan persiapan yang matang baik individu ataupun tim.
- Persiapan individu meliputi :
- Latihan, tidak ada hal yang dapat diraih secara tiba-tiba, terlebih dalam dunia panjat tebing. Semuanya membutuhkan latihan yang rutin dan berkala, demi mendapatkan hasil yang maksimal. Latihan yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan skill, endurance, power, dan proble solving pemanjat itu sendiri ketika mengalami kondisi-kondisi tertentu di tebing.
- Pematanngan teknik-teknik dan materi panjat tebing, ilmu yang sebagaimana dijelaskan oleh Tuhan tidak akan pernah habis, dan seluruh individu yangs sadar akan hal ini dianjurkan untuk terus mengasah kemampuan dan pengetahuan kepanjat tebingannya.
- Mental, pembinaan mental memang terkesan absurd dan bersifat kualitatif. Akan tetapi mental yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan pemanjat dalam melakukan pemanjatan.
- Persiapan tim
Persiapan tim sangat dibutuhkan untuk membangun chemistryi antar anggota tim, demi keberhasilan sebuah agenda pemanjatan. Meliputi koordinasi yang baik, dan upgrading materi serta informasi terkait tebing yang akan dipanjat.
Persiapan tim sebagai salah satu unsur penunjang keberhasilann suatu pemanjatan, dijabarkan dibawah ini :
- Pengumpulan informasi tentang tebing yang akan dipanjat, pengumpulan informasi ini bisa didapatkan dari internet, bertanya ke senior, ataupun OPA lain, dan juga dari forum-forum panjat tebing yang saat ini sudah ramai di kalangan kita. Tujuannya adalah perkiraan peralatan yang akan dibawa, akses transportasi serta perkitaan dana yang akan dikeluarkan.
- Survey
Selain informasi kasar berupa gambaran umum diatas. Dibutuhkan juga survey, survey dapat dilakukan dengan sedikitnya 2 cara, yaitu dengan hanya melihat tebing yang akan dipanjat dan mengumpulkan informasi dari warga masyarakat sekitar dan dapat juga dengan mencoba langsung tebing tersebut apabila dibutuhkan dan dimungkinkan.
- Koordinasi
Koordinasi yang baik meliputi pembentukan kepanitiaan kegiatan dan pembagian tugas yang jelas bagi setiap anggota tim.
- Teknis pemanjatan
- Panjat dinding
Panjat dinding adalah salah satu jenis pemanjatan sport dimana media yang biasa digunakan berupa papan kayu atau fiber yang dibentuk sedekemian rupa sesuai bentuk kerangka paanjat. Biasanya dalam pemanjatan ini yang digunakan model top ancoring, yaitu pengaman buatan yang dibuat di bagian atas sehingga pemanjat hanya melakukan pemanjatan tanpa harus melakukan pengamanan diri karena sudah di back up dari ancor dan belayer.
- Teknik pembuatan top ancor
- Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan (tali webbing min 2, carabiner oval screw min 4, pedding, dan juga tali kermantel
- Menyambung tali webbing, dan pastikan tersambung denganbaik
- Pemasangan peding di dua sisi kerangka kanan dan kiri, fungsi dari ppeding ini adalah untuk mencegah friksi antara webbing dengan kerangka papan wall climbing. Pastikan kerangka yang menjadi tambatan benar benar kokoh dan bisa menahan beban pemanjat
- Mengikatkan tali webbing tersebut pada kerangka yang telah di beri peding, sisakan sebagian tali untuk nantinya dijadikan sebagai tambatan dari tali kermantel
- Pasang carabiner screw ke lubang webbing yang ada, masing-masing dua buah hal ini untuk dijadikan sebagai cadangan bla ccarabiner yang satu rusak atau patah.
- Pastikan screw terkunci kembalidan posisikan screw berlawanan dengan yang satunya.
- Masukan tali kermatel dari lubang carabiner screw tadi, dan beri tanda untuk tali yang akan digunakan pemanjat dengan membuat simpul 8 pada ujung talinya
- Perikas kembai carabiner screw, dan juga tali webbing telah terpasang dengan baik dan benar
- Ancor siap digunakan untuk pemanjatan
- Persiapan pemanjatan
- Meyiapkan alat yang dibutuhkan seperti harness, chalk bag, sepatu panjat dan kaus kaki untuk tambahan bisa gunakan runner, dan tali prusik sebagai pengaman tambahan jika diperlukan
- Memasang sepatu panjat, gunakan sepatu dengan nomer sepatu 1 nomor lebih kecil dari sepatu yang biasa dipakai. Jika nomer sepatu biasanya 40, maka gunakan nomor sepatu panjat 39. Ini untuk meminimalkan cidera dan memudahkan pemanjatan.
- Pasang harness dan juga chalk bag dengan baik dan benar pastikan harnest terkunci dengan benar
- Untuk seorang belayer
Belayer disini bertugas untuk mengamankan pemanjat dari kemungkinan terjatuh sehngga diperlukan ekstra perhatian. Selain itu belayer juga bisa mengarahkan pemanjat mengenai jalur pemanjatan. Komunikasi yang baik antar belayer dan pemanjat menjadi kunci kesuksesan pemanjatan.
Yang harus disiapkan seorang belayer meliputi
- Harnest, carabiner automatic/oval screw, dan figur 8. (untuk figur 8 bisa diganti dengan grigri )
- Memasang harnest dengan baik dan pastikan semua terkunci, selanjutnya baru pasang carabiner automatic/oval screw di bagian depan tengah.
- Masukan tali kedalam lubang figur 8 dengan cara membuat loop dan memasukanya dari bagian bawah, posisikan tangan terkuat digunakan untuk menahan tali. Setelah itu baru masukan lubang yang kecil kedalam carabiner automatic/oval screw. Pastikan friksi yang terjadi benar benar bisa menghambat jatuhnya pemanjat.
- Pemanjatan sport pada tebing alam
Pemanjatan ini biasa dilakukan pada tebing alam yang telah dibuat jalur sebelumnya, dimana pada tebing tersebut sudah terpasang pengaman berupa hanger ( besi berlubang yang ditancapkan pada dinding tebing dengan mur/baut ) jarak antar hanger biasanya antara 1-2 meter . hanger ini yang nantinya bisa digunakan pemanjat untuk beristirahat dan juga melanjutkan pemanjatan. Jenis tebing yang baiasa digunakan dalam pemanjatan ini biasanya tidak terlalu tinggiatau tipe crag climbing dimana pemanjat dapat menyelesaikan seorang diri.
Teknis pemanjatan sport pada tebing sebagai berikut:
- Pembuatan top ancor
Dalam tebing alam biasanya bagian top akan dibuat pengaman ganda yang saling sejajar. Ini yang biasa digunakan untuk top ancor. Untuk membuatnya cukup dengan memasang 2 runner pada masing masing hanger untuk kemudian disatukan dengan tali kermantel yang kita gunakan untuk pemanjatan.
- Persiapan pemanjatan
Untuk persiapan pemanjatan pada tebing alam tidak jauh berbeda dengan panjat dinding hanya saja pemanjat diharuskan membawa runner (dua carabiner yang disatukan dengan sling atau heroloop) sesuai dengan jumlah hanger yang ada pada dinding tebing.
Baru setelah top ancor terpasang pemanjatan sama dengan pada panjat dinding. Usahakan dalam memasang runner dan tali kermantel tidak bergesekan dengan dinding tebing untuk mencegah terjadinya pengelupasan pada tali kermantel.
- Persiapan belayer
Untuk belayer mengenai alat dan tugas sama dengan pada panjat dinding.
- Pemanjatan artivicial (artivisial climbing)
Pemanjatan artivicial iniadalah salah satu pemanjatan paling beresiko karena pengaman yang digunakan harus dibuat sendiri sehingga peralatan yang dibutuhkan sangat banyak dan beragam. Pemanjatan ini biasa dilakukan untuk pembuatan jalur baru atau dalam rangka ekspedisi. pemanjatan artivicial ini bisa dilakukan sendiri atau lebih dari satu orang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanjatan artivicial yang dilakukan lebih dari satu orang.
- Persiapan pemanjatan
Dalam pemanjatan artivicial multipicth peran leader sangat penting, karena dia yang bertugas untuk membuka jalur dan memasang pengaman untuk pemanjat berikutnya. Seorang leader harus mempunyai pengalaman dan juga skill yang baik, baik itu dalam pemasangan pengaman ataupun pembuatan top ancor.
Dalam pemanjatan ini semua jenis alat sebisa mungkin dibawa karena kita tidak tau alat mana nantinya yang bisa digunakan untuk pengaman buatan tersebut. Disinilah kejelian dan pengalaman seorang leader diutuhkan.
- Pembuatan top ancor
- Pilihlah tebing yang nyaman untuk dijadikan top ancor (bisa mencari teras atau tambatan yang bisa dijadikan pijakan pohon atau celah batu yang besar )
- Pasang pengaman menggunakan costail
- Mencari lubang tembus, celah tebing, atau pohon/akar pohon yang kuat yang bisa dijadikan pengaman.
- Memerikasa apakah tebing tersebut aman cara untuk memeriksanya adalah sebagai berikut.
- Lubang tembus : memasukan sling kemudian dibebani
- Celah tebing : dengan memasang friends, chook atau piton kemudian dibebani
- Batang pohon / akar : dengan mengikat atau dibebani langsung.
- Setelah dirasa aman baru memasang alat yang paling tepat untuk dibuat pengaman, baru setelah itu membuat rangkaian untuk top ancor
- Gunakan minimal 3 pengaman yang dapat mengamankan leader untuk membelay pemanjat yang dibawah.
- Dalam posisi ini leader beralih fungsi menjadi belayer karena pemanjat yang dibawah harus (ketika 2 orang) bila lebih maka pemanjat nomor dua dan seterusanya bisa menggunakan ascender untuk menuju leader atau pemanjat pertama, begitu sterrusnya.
- Semua pemanjat diwajibkan menggunakan peralatan lengkap baik itu ascender taupun alat untuk belaying. Karena disini semua bisa berposisi sebagai pemanjat ataupun sebagai belayer. Tergantung banyaknya pemanjat.
- Untuk belayer
Belayer pada pemanjatan artivicial ini selain mempersiapkan alat untuk membelay juga alat untuk pemanjatan karena dia nantinya juga akan ikut memanjat.
- Teknik cleaning
Teknik cleaning adalah teknik untuk cleaning atau mengambil kembali alat / pengaman yang digunakan pada saat pemanjatan. Secara garis besar Teknik Cleaning dapat dibagi menjadi 2 cara yaitu dengan cleaning bersih atau dengan clim down.
- Cleaning bersih
Untuk melakukan cleaning bersih, persiapan yang dilakukan cukup panjang,, terutama persiapan alat. Dan alat yang digunakan cukup banyak. Namun tingkat keamanannya relatif lebih baik dibanding cleaning climbdown. Secara umum teknik ini digunakan untuk melakukan cleaning dengan cara rapling menggunakan figur 8. Dalam teknik ini diperlukan 2 tali dimana tali yang satunya digunakan sebagai rangkaian untuk rapling.
Secara teknis dapat dilakukan sebagai berikut :
- Mempersiapkan alat untuk cleaning meliputi (tali kermantel, figur of 8, sling prusik, carabiner oval screw, harness, carabiner non screw dan costill)
- Membuat double simpul 8 pada tali kermantel dan mengaitkan pada sling prussik yang akan dibawa naik ke atas.
- Pada harness bagian depan dipasang carabinner oval screw yang sudah diberi figure of 8 dan juga dipasang costill yang sudah dikaitkan tali kermantel yang sudah diberi carabiner snap / non screw. Pada harness bagian samping dipasang sling prussik yang sudah dikaitkan dengan double simpul delapan tali kermantel kedua, lalu dipasangkan ke harness dengan carabinner snap / non screw pada sling prussik tadi.
- Setelah persiapan alat sudah siap maka cleaning siap dilakukan, pemanjat naik ke atas dengan menggunakan line tali pertama dan membawa tali kermantel kedua untuk line repling.
- Setelah pemanjatan sampai pada titik tertinggi pengaman atauanchor, dilakukanlah proses cleaning
- Hal pertama yang harus dilakukan adalah memasang costill pada runner bagian atas yang terpasang pada hanger (pemanjatan sport) atau pada lubang tembus / anchor alami (pemanjatan artificial).
- Setelah itu pemanjat akan mempunyai 2 pengaman jika jatuh, pertama pengaman pada bellayer dan kedua pengaman pada costiil yang sudah dipasang tadi.
- Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah memasang line kedua, yaitu dengan memasukkan sling prussik yang sudah dikaitkan dengan tali kermantel kedua pada hanger (pemanjatan sport) atau lubang tembus / anchor alami (pemanjatan artificial), kemudian kancing sling prussik yang sudah mengait di hanger / anchor alami tersebut dengan carabiner snap / non screw. Hati-hati terhadap pemasangan costill, usahakan sambungan costill yang mempunyai bentukan lebih besar tidak ikut masuk di hanger / anchor alami, karena akan menyebabkan sling prussik tersebut tersangkut dan mengabitkan cleaning bersih gagal dilakukan, dan harus diulangi lagi.
- Kemudian tali kermantel yang kedua tadi dicari ujungnya, kemudian ujung tersebut dimasukkan ke sling prussik yang sudah terpasang pada hanger / anchor alami tadi searah dengan carabinner snap penguncinya. Lalu ulur tali tersebut sampai sama panjangnya satu sisi dengan sisi yang lain (sampai kira-kira menyentuh bawah).
- Setelah itu pasang tali kermantel kedua tadi pada figure of 8 seperti pengesetan pada bellayer. Tali yang dipasang adalah tali yang mengunci sling prussik yang terpasang di hanger / anchor alami tadi. Lalu tali yang sudah terpasang di figure of 8 tadi dipasang pada carabinner oval screw yang terpasang pada harness beserta figure of 8 nya (seperti pengesetan pada bellayer).
- Jangan lupa untuk melepaskan carabinner snap pengunci sling prussing yang terpasang pada hanger / anchor alami.
- Lalu siapkan posisi seperti posisi akan melakukan reppeling, dan jangan lupa untuk mengunci line tali yang digunakan turun dengan menguncikan pada figure of 8 dan carabinner oval screw nya, usahakan double atau 2x, supaya tingkat keamanannya maksimal. Usahakan posisinya lebih dekat dengan pengaman paling atas.
- Lepaskan costill dengan posisi tangan kanan tetap siaga seperti ketika melakukan reppeling.
- Lepaskan runner.
- Buka kuncian pada line kermantel untuk digunakan reppeling. Posisi tangan adalah salah satu tangan mengunci tali (di bagian bawah tubuh) dan satu tangan yang lain digunakan untuk membuka kuncian.
- Reppeling bisa dilakukan.
- Lepaskan runner / pengaman-pengaman yang ada di bawahnya. Bisa dengan mengunci line seperti cara diatas tadi, bisa juga tidak perlu mengunci line apabila dirasa sudah cukup aman. Usahakan melepaskan runer atau pengaman-pengaman yang terpasang tadi dengan satu tangan, kalaupun tidak bisa berarti harus dikunci dulu line nya dan kemudian memasang costill supaya lebih leluasa (biasanya terjadi pada pengaman sisip yang sulit untuk dilepaskan)
- Setelah sampai di bawah, tarik salah satu tali yang merupakan lawan dari ujung tali yang digunakan untuk reppelingan tadi (tali pengunci sling prussik), sampai ujungnya. Secara otomatis tali kermanel beserta prussiknya akan jatuh ke bawah.
- Cleaning climb down
Cleaning climb down, biasa dilakukan untuk pemanjat yang memiliki stamina dan endurence yang kuat, dan biasanya dilakukan di tebing yang relatif tidak terlalu tinggi, mengingat resikonya cukup besar (resiko jatuh / benturan dsb). Cara melakukannya relatif sangat lebih sederhana daripada teknik cleaning bersih, dan tidak memerlukan alat tambahan lain selain alat yang digunakan untuk memanjat.
Cara melakukan cleaning climb down secara teknis dapat dijabarkan seperi di bawah ini :
- Memanjat seperti biasa hingga sampai pengaman tertinggi.
- Bila lelah / kecapaian bisa memasang costill kemudian istirahat sebentar.
- Setelah itu lepas costill lalau dilakukan pelepasan pengaman dengan satu tangan, karna tangan yang lain digunakan untuk mencengkeram tebing. Pada posisi ini siapkan diri untuk kemungkinan jatuh sampai ke pengaman di bawahnya (biasanya tidak lebih dari 3 m)
- Untuk pengaman yang susah dilepaskan seperti pengaman sisip, maka bisa dipasang costill untuk mempermudah kerja (dapat menggunakan 2 tangan).
- Begitu seterusnya dilakukan sampai ke pengaman terakhir, pastikan tidak ada pengaman yang tertinggal atau terjatuh.
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
- Bahaya dalam melakukan kegiatan Panjat Tebing
Resiko setiap saat dapat menghampiri setiap pelaku kegiatan outdoor, meskipun sudah melakukan segala prosedur seperti yang ditentukan. Namanya alam, tidak dapat benar-benar diprediksi bagaimana alam itu akan memperlakukan pencintanya (dalam hal ini penggiat).
Beberapa bahaya yang dapat terjadi ketika melakukan kegiatan Panjat Tebing seperti berikut ini :
- Pemasangann alat yang tidak benar :
Pemasangan alat harus disesuaikan dengan fungsi dan caranya, serta tingkat keamanannya. Pemasangan alat yang tidak benar sangat beresiko tehadap keselamatan pemanjat. Seperti misalnya,
- Harness yang tidak terkancing dengan baik, harness memiliki pengunci yang disebut danger. Bagian ini sangat penting untuk diperhatikan sebelum melakukan pemanjatan, baik itu di tebing ataupun di wall sekalipun. karena apabila hal ini tidak diindahkan bisa fatal akibatnya. Pemanjat bisa jatuh bebas ke tanah, tertekuk badannya, terbalik posisi jatuh sehingga terantuk ke tebing / wall dst.
- Pelindung kepala yang satu ini harus memenuhi standar yang pasti yaitu pas di kepala, keras sehingga tahan terhadap benturan dan ringan untuk mempermudah melakukan pergerakan. Helm yang terlalu longgar / sempit dan tidak mempunyai tali pengikat sangat tidak dianjurkan untuk digunakan.
- Pengaman, pengaman sisip seerti chock dan piton juga pengaman sementara seperti skyhook adalah pengaman buatan sementara yang kadang-kadang memiliki peranan yang vital ketika terjadi kecelakaan dalam melakukan pemanjatan.
Pemasangannya yang kurang mantap, dan tidak sesuai dengan fungsi dan bentukan tebing hanya akan menahan pemanjat sementara. Untuk kemudian pemanjat akan jatuh karena sudah berpikir pengaman ini aman padahal belum. Ketika alat ini jatuh, tidak hanya memberikan efek yang tidak baik bagi pemanjat, tetapi juga bagi orang lain yang berada di sekitar area pemanjatan.
Pengaman lain seperti runner juga harus diperhatikan, dipastikan sudah berbunyi klik maka tingkat keamanannya maksimal.
- Friksi, alat yang tidak dipasang dengan baik kadang-kadang menimbulkan friksi. Bisaanya friksi ini terjadi pada tali dengan tebing. Friksi atau gesekan sedikit atau banyak merupakan hal yang harus dihindari oleh pemanjat, utamanya bagi pembuat jalur. Karena peralatan yang dipakai sangat kuat, tetapi juga rentan bila tidak benar pemakaiannya maka hal-hal semacam ini harus diperhatikan.
- Pemilihan Anchor alam yang tidak benar.
Pemilihan anchor alami seperti pohon, akar dan lubang tembus perlu diperhatikan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan pemanjat untuk memastikan tingkat keamanan suatu anchor alam.
- Untuk pohon atau akar, cara memastikan keamanannya adalah memilih pohon yang masih hidup, jangan memilih pohon atau akar yang sudah mati. Pilih pohon atau akar yang lentur, dan kayunya tidak rapuh, serta akarnya menghujam mantap di tebing.
- Untuk lubang tembus diketuk dahulu menggunakan hammer, pilih bagian tebing yang apabila diketuk suaranya tidak nyaring, apabila diketuk suaranya tidak nyaring artinya bagian tebing tersebut memiliki tinngkat kepadatan yang baik, sebaliknya apabila suaranya nyaring maka tingkat keamanannya rendah, artinya bagian tebing tersebut sangat kering dan berpotensi lemah untuk digunakan sebagai anchor. Langkah selanjutnya adalah mengeceknya dengan menggunakan sling, atau sky hook, digoyang-goyangkan ke segala arah apabila tidak ada tanda-tanda kerapuhan pada lubang tersebut, maka lubang tembus tersebut siap untuk digunakan sebagai tambatan pengaman.
- Cidera / kecelakaan (Luka pada bagian tubuh)
- Luka ringan :
- Terkilir / memar
Terkilir atau memar bisa saja terjadi pada otot manapun juga, biasanya terjadi karena pemanjat kurang memperhatikan pemanasan secara serius.
- Lecet
Luka lecet, atau luka luar sangat biasa ditemukan ketika melakukan kegiatan panjat tebing. Karena dibutuhkan keberanian, bahkan seringkali kenekatan, kadang-kadang pemanjat harus mengambil resiko ini demi keberhasilan suatu pemanjatan. Luka lecet ini biasa terjadi karena gesekan dengan tebing, dengan wall, dengan alat dan lain-lain.
- Luka berat
- Patah tulang
Luka yang cukup berat adalah patah tulang, penyebab patah tulang sendiri bisa karena benturan, jatuh, atau tertimpa sesuatu dari atas. Untuk mengurangi resiko yang fatal ini diharapkan bagi setiap pemanjat untuk memperhatikan peralatan yang digunakan serta etika dan sikap pemanjatan.
- Pendarahan
pendarahan bisa saja terjadi kepada pemanjat ketika sedang melakukan pemanjatan. Biasanya di daerah kepala karena benturan atau baretan di kulit.
- Pencegahan yang dilakukan :
- Berdoa
Sebenarnya hal ini adalah wajib dilakukaan, termasuk dalam poin pencegahan dan prosedur kegiatan. Dalam melakukan sebuah usaha, tidak dipungkiri ada kekuatan lain yang selalu menjaga setiap manusia berjalan pada trek yang benar. Yaitu kekuatan Tuhan. Sebagai manusia Indonesia yang menganut ideologi Pancasila dan beriman, maka doa adalah faktor yang penting dalam setiap keberhasilan. Tanpa berdoa, orang dikatakan sombong, bahkan inkar. Dalam dunia panjat tebing hal tersebut diaplikasikan, seperti tertera dalam sebuah pepatah kuno “Tuhan selalu bersama orang-orang yang pemberani”.
- Latihan
Melakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan memajat seperti menuangkan bumbu pada sup. Tidak ada suatu keberhasilan yang tidak membutuhkan kerja keras. Termasuk di dalamnya latihan, rutin ataupun tidak, sering ataupun jarang. Namun kemampuan dasar ada baiknya bila terus diasah dengan latihan yang baik dan benar.
- Meningkatkan pengetahuan tentang tebing yang akan dipanjat
Selain faktor-faktor yang ada di dalam diri pemanjat, faktor seperti ini sangat penting untuk diperhatikan. Tidak mungkin seseorang yang tidak tahu medan, akan berhgasil ketika melakukan kegiatan di medan tersebut. Untuk itu meningkatkan pengetahuan terhadap hal-hal penting seperti ini wajib untuk dilakukan.
- Pemanasan
Pemanasan sangat diperlukan untuk mempersiapkan otot dan tubuh sebelum pemanjatan dilakukan.
- Meningkatkan pengetahuan pengguanaan alat
Tidak mungkin seorang pemanjat dapat tiba-tiba menjadi bisa dan berhasil dalam melakukan pemanjatan. Kecuali dalam dunia dongen, hal ini mustahil dilakukan bila tanpa pengetahuan. Untuk itu, meningkatkan pengetahuan tentang alat dan penggunaannya sama kedudukannya dengan usaha pemanjatan itu sendiri.
- Menggunakan alat sesuai fungsinya
Alat-alat panjat berfungsi sangat baik untuk keselamatan pemanjat, akan tetapi apabila penggunaan alat tersebut tidak tepat sesuai fungsinya maka tingkat keamanannya akan berkurang atau bahkan tidak ada.
- Menaati sikap dan etika pemanjat
Kadang-kadang apabila sudah larut dalam memanjat, karena senang atau lupa pemanjat sering tidak mengindahkan etika dan sikap yang seharusnya ada pada diri pemanjat. Hal tersebut bisa mengakibatkan kecerobohan dan menghasilkan sesuatu yang buruk yang tentu saja tidak diinginkan.
- Pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan
Jika terjadi kecelakaan, tentu saja hal tersebut adalah buruk dan tidak diinginkan bagi setiap agenda pemanjatan. Akan tetapi jika hal tersebut terjadi maka seluruh anggota tim harus siap untuk menghadapinya. Dalam prinsip penanganan kecelakaan yang harus diperhatikan adalah penolong tidak boleh menjadi korban selanjutnya, dengan kata lain penolong yang diharapkan mampu mengatasi masalah ini harus cekatan dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tindakan pertolongan pertama :
- Memindahkan korban ke tempat yang aman.
Memindahkan korban ke tempat yang aman ini wajib dilakukan, supaya korban dan penolong tidak mendapatkan ancaman kecelakan berikutnya.
- Segera melakukan tindakan pertolongan
Syaratnya adalah tidak boleh gegabah, tangkas, cepat dan tepat dalam melakukan tindakan pertolongan pertama ini. Pastikan korban merasa aman dan nyaman dengan pertolongan yang kita lakukan. Kondisi psikologis korban juga harus diperhatikan sedemikian rupa. Biarkan korban rileks terlebih dahulu dengan mengatakan hal-hal yang baik dan menentramkan, atau memberikan minuman hangat.
- Memberikan obat luka yang tepat
Dalam melakukan tindakan pertolongan harus tepat dalam memberikan obat luka.
- Untuk luka ringan seperti lecet dibersihkan dulu lukanya, kemudian diberi alkohol penyeteril luka, obat merah, dan kassa dan plester luka untuk menutup luka korban.
- Untuk luka ringan lain seperti terkilir, bagian luka tidak boleh ditekuk, harus diluruskan, dan jangan dipijat, karena salah memijat luka terkilir akan menyebabkan luka semakin parah dan fatal akibatnya. Lebih baik untuk memberikan balsem otot kepada korban, dan melakukan pembalutan agar luka tidak bertambah parah.
- Untuk luka berat, seperti patah tulang termasuk luka yang serius, dan perlu untuk segera diatasi. Pastikan pembidaian dilakukan dengan benar, pembidaian biasa dilakukan dengan meletakkan bidai di daerah dua persendian, hal ini dilakukan untuk meminimalisir akibat fatal yang bisa saja terjadi.
- Untuk luka berat lain, seperti pendarahan. Hal yang harus dilakukan adalah membersihkan luka, dan menghentikan sumber pendarahan dengan menekan sekitar area pendarahan dengan mengikatkan mitela atau perban. Kemudian tutup luka tersebut dengan pembalut luka, kassa dan plester luka.
BAB IV
KESIMPULAN
Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan Divisi Panjat Tebing ini kami buat dengan berdasarkan pengetahuan kami dan pengembangan yang kami lakukan sebagai hasil dari pengalaman melakukan kegiatan selama satu tahun terkakhir periode kepengurusan 2013/2014 ini. SOP disusun untuk dapat digunakan oleh seluruh anggota GITAPALA ketika melakukan kegiatan Panjat Tebing, dimanapun dan kapanpun. Selanjutnya kami selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan SOP ini, ada beberapa kekurangan disana-sini. Ketidaksempurnaan itulah yang kami harapkan untuk dievaluasi oleh seluruh anggota agar nantinya SOP ini akan semakin baik dan relevan untuk digunakan.
Akhirnya dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 16 Juni 2014
Ttd. Penyusun
Tim Panjat GITAPALA
Periode kepengurusan 2013/2014
безукоризненный сайт Работа СНГ