“Salam Lestari”
Mahasiswa Pecinta Alam atau biasa dikenal dengan nama ‘MAPALA’, pada hakikatnya adalah bagian dari alam itu sendiri. Untuk sekarang, esensi dari kata “pecinta alam” berganti menjadi “penggiat alam”. Yang artinya, para MAPALA bukan lagi menjadi penikmat yang hanya bisa menikmati ciptaan Tuhan dengan segala keindahannya, namun MAPALA sebagai manusia yang peduli dengan alam sekitar, serta menjaga keindahannya. Siapa lagi yang rela, tanpa dibayar untuk peduli terhadap alam? Rela tanpa dibayar untuk menjaganya? Menjaga keindahan dari setiap ornamen-ornamen yang ada di dalamnya?
Sudah sepatutnya kita merasa bangga, karena Tuhan telah memberikan maha karya berupa keindahan alam Nusantara. Keindahan alam yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di seluruh penjuru dunia, keindahan gambaran surga yang ditampilkan di dunia. Seakan-akan dahulu surga pernah bocor dan memercikkan sebagian keindahannya di dunia, dan percikan keindahan itu diberi nama Indonesia Raya.
Gunung dengan diorama lautan awan, hutan dengan penghuninya, sungai bersih dengan aliran air yang menenangkan, goa gelap berhias batu bagai permata, pantai dengan tebing tinggi menjulang serta tuturkata masyarakatnya yang harmonis. Berapa banyak lagi keindahan yang harus ditampilkan untuk membuatmu bisa bangga terhadap Indonesia ? Apa perlu kami memecah kepalamu dan mengeluarkan isinya untuk kemudian diganti dengan keindahan Bumi Indonesia? Atau, perlukah kami merobek perutmu untuk mengambil hasil panen Ibu Pertiwi yang telah engkau makan, dan menaruhnya di depan matamu agar engkau benar-benar tahu apa saja yang pernah Ibu Pertiwi berikan padamu.
Jika seseorang mengajukan pertanyaan “Apa saja kegiatan para pecinta alam yang anda ketahui?” sebagian besar pasti akan menjawab “mendaki gunung, camping, rock climbing, penelusuran goa, dan masih banyak lagi kegiatan sejenis”. Hanya sebatas itukah yang dilakukan seorang pecinta alam? Jawabannya tentu saja “TIDAK”.
Wujud mencintai alam satu diantaranya adalah kegiatan konservasi alam. Sebagai mahasiswa yang memegang teguh Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu; penelitian, pendidikan, dan pengabdian pada masyarakat, tiga elemen ini digunakan sebagai dasar untuk menjalankan setiap kegiatan.
Apabila hakikat pecinta alam dapat sepenuhnya mendampingi status kemahasiswaan seseorang, maka telah berlangsung suatu proses yang menunjang penyelenggaraan pendidikan utama di bangku kuliah. Dengan demikian produk dari mahasiswa pecinta alam tersebut adalah sarjana plus, artinya sarjana yang tidak sekedar menyandang minimal sebagaimana diisyaratkan oleh ijazah, tetapi juga mengantongi bekal tambahan berupa kematangan pribadi, social yang tinggi dan kesadaran lingkungan.
Fakultas Teknologi Pertanian memiliki sebuah organisasi pecinta alam yaitu GITAPALA. GITAPALA adalah kependekan dari Teknologi Pertanian Pecinta Alam yang merupakan sebuah organisasi mahasiswa penggiat alam (MAPALA) FTP UGM. Gitapala terlahir berdasarkan banyaknya mahasiswa FTP UGM yang menyukai kegiatan kepencintaalaman. Gitapala merupakan organisasi pecinta alam yang berfungsi sebagai jembatan penghubung komunikasi mahasiswa antar angkatan. Sehingga kegiatan kepencintaalaman sebagai sarana pemanfaatan waktu luang, peduli dengan lingkungan, memelihara dan mencintai alam.
Gitapala, nyatanya sebagai organisasi yang mempunyai tujuan mendidik para anggotanya agar berjiwa pancasila, percaya terhadap diri sendiri, berani, ulet, tabah dan tidak mudah putus asa. Selain itu Gitapala juga bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam rangka mempelajari dan menyelidiki kekayaan alam serta berusaha menjaga keseimbangan alam beserta isinya untuk kesejahteraan manusia berikut makhluk lainnya. Selain itu, Gitapala sebagai media dalam mempererat persaudaraan diantara sesama anggota, sahabat bagi sesama manusia tanpa membedakan suku, agama dan warna kulit. (Azlp)