BERBEDA DENGAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA, KEGIATAN PENELUSURAN GOA KALI INI DILAKSANAKAN DI GUNUNGKIDUL.
GOA NDILEM DAN GOA PLELEN, KECAMATAN TEPUS, GUNUNGKIDUL.
KEDUANYA GOA HORIZONTAL, SUASANA GELAP TERANG, ORNAMENNYA INDAH LAGI MENAKJUBKAN.
Malam harinya, kami berangkat dengan segala niat, logistic, dan alat yang sudah disiapkan. Perjalanan dari Sekretariat GITAPALA menuju basecamp Goa Senen di Tepus terhitung dua jam. Enam motor beriringan menembus dinginnya malam. Disertai hujan saat perjalanan, membuat kami harus berjalan pelan-pelan, karena jalan yang dilewati juga minim penerangan. Sampailah kami pada tengah malam. Melakukan persiapan alat sebentar dan dilanjutkan istirahat untuk menyongsong kegiatan esok hari di dua goa. Di Goa Ndilem, kami menelusur dan mencoba memetakannya dengan sederhana. Sementara di Goa Plelen, kami menelusuri goa yang berair dan bercabang banyak ini.
Dimulai dengan doa, kami mensyukuri nikmat Tuhan untuk berkegiatan dan melestarikan alamNya.
24 Maret 2018
- Goa Ndilem
Goa Ndilem, goa kering ini berada di perbukitan ladang warga. Entrance-nya kecil dan tetap hati-hati karena goa yang lembab membuat tanahnya berlumut dan licin. Goa ini tidak cukup panjang, sebentar memasukinya, sudah terlihat entrance yang lain. Penelusuran ini dimulai dengan pemetaan Goa Ndilem dilakukan dengan grade 3C. Tim Survey meliputi, Leader oleh Gina, shooter dan stationer oleh Fiqi dan Abdul, pencatat data oleh Putri, penggambar (scatcher) oleh Bagas dan Hasnan, dan dokumentasi oleh Titis. Dua anggota lainnya, yaitu Lilik dan Galih bertugas menjadi Tim Kering. Pemetaan kali ini menggunakan system Top to Bottom, yaitu arah pengambilan data dari luar ke dalam goa. Sedangkan metode survey menggunakan Forward Method, pada lorong goa, dan metode polygon terbuka pada chamber-nya. Forward Method yaitu metode maju dimana stationer selalu berada di depan shooter.
Goa Ndilem tergolong pada goa dengan bentuk chamber. Stasiun-stasiun pengukuran yang dipilih merupakan titik-titik dalam goa yang dianggap dapat diamati dan diukur oleh shooter. Metode polygon terbuka diawali dengan penentuan stasiun pada tengah chamber, sebagai tempat shooter melakukan pengukuran. Selanjutnya, ditentukan substasiun pada tepi chamber
Goa Ndilem merupakan goa yang tidak buntu, bisa disebut terdapat dua mulut goa, di mana di dalamnya terdapat banyak sekali ornament yang berukuran besar, dan sebagian masih bisa tumbuh. Panjang goa sekitar 100m, dan merupakan chamber yang cukup besar dengan ornament-ornamenn yang menakjubkan.
Penelusuran dan pengambilan data pemetaan Goa Ndilem dilakukan selama 4 jam. Setelah itu data dicoba untuk dibuat peta.
2. Goa Plelen
Goa Plelen merupakan goa horizontal yang dialiri air, atau sungai di dalam goa, apabila terjdadi hujan yang sangat lebat maka air di dalam goa akan menutup pintu masuk dan air dapat memenuhi ruang dalam goa. Anggota yang menelusuri goa yaitu Gina, Hasnan, Lilik, Putri, Fiqi, dan Galih. Berdasarkan info dari warga, pintu keluar dari Goa Plelen sekitar 1km dari entrance goa dan selalu berbelok ke arah kanan, itulah pintu keluar yang akan dituju.
Sekitar pukul 13.40 WIB.
Diiringi doa dan semangat, kami mencemplungkan diri ke dalam sungai, alhasil separuh coverall kami basah. Ya, mulut goa yang hanya sekitar satu meter membuat kami harus merunduk bahkan jalan jongkok untuk memasukinya. Berjalam sebentar, ditemukan sampah plastic yang cukup mengganggu pemandangan lorong goa indah yang gelap ini. Diprediksikan sampah ini bisa datang akibat banjir dalam goa karena hujan lebat yang tarjadi di permukaan. Sangat disayangkan bukan? Mari bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak membiarkan sampah berserakan.
Semakin lama semakin menarik. Kalimat takjub tidak hanya terucap satu-dua kali. Di dalam gua, ornament cukup bervariasi stalaktit, stalakmit meneminai indah penelusan kami. Pilar, flowstone, gourdam, straw, curtain, menyapa baik setiap penikmat gua yang datang. Kami mencoba untuk mengambil foto di dalam lorong berair itu, namun sayangnya teknik fotografi gua anggota kami perlu diasah lagi.
Diskusi untuk melanjutkan penelusuran menghasilkan, kami harus bergegas, mengingat dokumentasi sudah cukup banyak. Kami meneruskan perjalanan, yaitu pencarian jalan keluar. Sejauh mata memandang, sejauh headlamp yang kami bawa bercahaya, hanya batuan, air, tanah berpasir, dan kelelawar yang sesekali melintas. Suara air terjun maupun tetesan air permukaan menemani kami sepanjang penelusuran, menjadikan kami tidak menyadiari hujan tidaknya keadaan di luar.
Saat penelusuran lebih jauh lagi, kami melewati berbagai bentuk lorong. Lorong tinggi dengan sungai berair dangkal dan tidak cukup deras, hingga lorong dengan atap rendah dan aliran yang tenang namun menghanyutkan. Banyak yang sudah dilewati, tim survey tidak juga menemukan pintu keluar gua yang dimaksud. Penelusuran tetap dilanjutkan hingga memukan lorong gua yang buntu sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati oleh anggota tim survey. Akhirnya, kami memutuskan untuk keluar gua melalui jalan masuk awal.
Air sungai terasa sedikit lebih tinggi dan hampir menutup lorong dengan atap rendah tadi. Dengan keyakinan dan langkah yang semakin diusahakan, tim survey berjalan lebih cepat untuk sampai di daratan. Keadaan tim selalu dijaga agar tetap aman sampai keluar gua berair itu. Setelah sekian jauh, terdengan tim kering yang menyusul untuk memastikan kondisi tim survey di dalam gua Plelen yang tak kunjung keluar. Dengan tekad yang lebih, seluruh tim berusaha keluar dengan aman. Sesampainya di dataran, di jalan setapak menuju gubuk warga, seluruh tim sangat bersyukur. Kami keluar dengan selamat tanpa kurang suatu apa.
Sekitar pukul 16.45 WIB