Divisi GITAPALA
BERBEDA DENGAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA, KEGIATAN PENELUSURAN GOA KALI INI DILAKSANAKAN DI GUNUNGKIDUL.
GOA NDILEM DAN GOA PLELEN, KECAMATAN TEPUS, GUNUNGKIDUL.
KEDUANYA GOA HORIZONTAL, SUASANA GELAP TERANG, ORNAMENNYA INDAH LAGI MENAKJUBKAN.
Malam harinya, kami berangkat dengan segala niat, logistic, dan alat yang sudah disiapkan. Perjalanan dari Sekretariat GITAPALA menuju basecamp Goa Senen di Tepus terhitung dua jam. Enam motor beriringan menembus dinginnya malam. Disertai hujan saat perjalanan, membuat kami harus berjalan pelan-pelan, karena jalan yang dilewati juga minim penerangan. Sampailah kami pada tengah malam. Melakukan persiapan alat sebentar dan dilanjutkan istirahat untuk menyongsong kegiatan esok hari di dua goa. Di Goa Ndilem, kami menelusur dan mencoba memetakannya dengan sederhana. Sementara di Goa Plelen, kami menelusuri goa yang berair dan bercabang banyak ini.
Kegiatan GITAPALA tidak melulu tentang olahraga yang ekstrem seperti menempuh derasnya arus sungai, menapaki gunung-gunung kokoh, menyusuri celah bumi, atau memanjati tebing menjulang. Kami juga terbiasa menikam kejenuhan dengan bercanda dan berbagi cerita bersama.
Kali ini kami ingin bersama-sama bercerita sambil menikmati alam di Kawasan Wisata Alam Jurang Jero yang berlokasi di Kecamatan Srumbung, Magelang. Kegiatan kali ini tidak hanya diikuti anggota GITAPALA tetapi juga Warga FTP. Kegiatan semacam ini sering kami lakukan untuk sekedar melepaskan diri dari rutinitas kehidupan kampus yang terkadang menimbulkan kejenuhan.
Seusai kegiatan kampus selesai, kami langsung menyiapkan segala keperluan yang diperlukan untuk bersenang-senang, karena semua kesenangan tidak datang secara kebetulan. Seperti sudah tahu apa yang harus dia kerjakan, semua langsung menyebar ke segala penjuru Jakal (Jalan Kaliurang) . ada yang berbelanja kebutuhan perut, ada yang membawa kayu bakar, ada yang menyiapkan tenda dome, ada pula yang menyiapkan pupuk-pupuk dalam karung. Ya, pupuk, kali ini kita tidak hanya menikmati alam tetapi juga ikut melestarikannya dengan memberikan pupuk untuk pohon-pohon di lereng merapi. Semua siap, bahan bakar motor terisi penuh, tinggal tancap… kunci, nyala, gaass…
Tragedi Sumbing merupakan luka lama bagi warga FTP UGM. Kejadian yang terjadi pada tanggal 25 Februari 1977 menimpa para pendahulu GITAPALA meninggal dunia yang menjadi korban keganasan alam. Berawal dari tragedi ini terbentuklah wadah bagi warga FTP UGM yang gemar berkegiatan di alam liar. Dibentuknya organisasi pecinta alam bernama Teknologi Pertanian Pecinta Alam (GITAPALA) diharapkan warga FTP memiliki standar operasional dalam berkegiatan di alam liar.
Berawal dari tragedi ini Ziarah Sumbing menjadi wajib bagi setiap angkatan baru yang ada di GITAPALA. Maksud dan tujuan dari ziarah ini adalah untuk mengenang para pendahulu GITAPALA. Selain itu Ziarah Sumbing juga dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai anggota penuh GITAPALA.
Sebagai salah satu divisi yang ada di GITAPALA, panjat tebing menjadi salah satu pilar penting yang menopang berdirinya GITAPALA itu sendiri. Dengan adanya tanggung jawab untuk menjaga kestabilan jalannya organisasi, panjat tebing secara rutin melaksanakan kegiatan di bidang panjat. Tebing ini berlokasi di daerah Gunung Kidul, bagian timur Pantai Parangtritis. Selain bertujuan untuk upgrade materi di bidang panjat tebing juga untuk menambah jam terbang climber GITAPALA.
Adalah Tebing Parang Endog yang kali ini menjadi tujuan tim panjat tebing GITAPALA. Tebing ini tentu sudah tak asig lagi terutama untuk para climber yang berdomisili di daerah Yogyakarta karena sering digunakan untuk berkegiatan. Spot-spot yang ada di tebing ini menyediakan jalur untuk sport climbing dan juga artificial climbing.