“Sukses Selalu untuk pengurus GITAPALA”
Caving merupakan salah satu kegiatan yang bisanya kami lakukan semenjak menjadi anggota Gitapala.
Caving kali ini bebeda dengan caving sebelumnya. Hal ini kerena lokasi yang baru bagi kami tim caving Gitapala (Ibnu, Gama dan Agung). Lokasi tersebut berada di Purworejo, tepat nya Goa Seplawan dan Goa Ngobaran. Refrensi caving ke Purowerjo ini didapat dari teman-teman sesama mahasiswa pencinta alam. Hanya berbekal dengan informasi jalan menuju salah seorang teman kami melakukan survey ke lokasi yang ditunjukan, yaitu rumah dari Mbah Cokro. Mbah Cokro adalah seorang yang bisa dikatakan juru kunci goa di daerah Purworejo karena beliau hafal hampir semua goa dan medan dalam goa.
Kalo boleh jujur ni ya, dari sekian jurusan, maksudnya divisi yang ada di GITAPALA, naik hutan masuk gunung (kewalik om) adalah kegiatan yang paling aku banget. Tapi kalo boleh jujur lagi, jam gunung ku bisa dihitung jari, sangat tidak bisa dibandingkan dengan teman-teman yang feelnya sangat “agung” alias “anak gunung”.
Tapi entah kenapa menjadi sering aku ditanya semacam ini, “tingginya (gunung) berapa?” atau “berapa jam perjalanan sampai puncak?”, atau juga “gimana summit attacknya?”. Tidak ada yang aneh kan dengan pertanyaan itu. Ekspektasi orang yang lihat aku naik gunung ya muncak. Sudah jauh jauh, nggak muncak kan sayang banget. Tapi, tidak ada angin tidak ada hujan, tibalah hari itu, saat aku ditampar untuk menyadari sesuatu.
Samudera Indonesia masih menyediakan air laut yang bersih bagi masyarakat pesisir pantai selatan, mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa di sepanjang bibir pantai trisik banyak terdapattambak udang.
Tambak udang yang mulai buming sejak tahun 2013 ini, kini pembangunannya makin menjadi-jadi. Di sepanjang pantai, dari pintu penangkaran penyu hingga ke muara Sungai Progo, pembangunan tambak ini semakin menjadi-jadi. Pertanian lahan pasir yang dulunya ada di sini, kini beralih fungsi menjadi tambak udang. Tak heran jika sejauh mata memandang, hanya terlihat tambak udang.
Sebelum kaki kami menginjak pantai Trisik, kami harus berjalan melewati lahan pertanian yang luas. Uniknya , tanaman yang ada disini tidak tumbuh di atas tanah, namun tumbuh di atas lahan berpasir. Tanaman melon,semangka, dan papaya tumbuh dengan subur di sini, karena tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik bila tidak ada genangan airnya.
Sudah barang tentu, untuk mengolah lahan pertanian di sini perlua adanya rekayasa pertanian dan pengolahan lahan tanam yang tepat, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan panenyang melimpah.